Jumat, 03 September 2010

SAYA dan ANDA


Apa yang anda inginkan dari saya?

sekarang anda sudah memiliki saya,
dan orang sekitar sudah mulai menatapi saya,
seakan menodongkan
pistol ke arah kepala.

Saya pengecut sekarang, saya terus berdamai...

Anda memaksa dan mengikat saya ke atas tempat tidur nyaman berbulu angsa
dan sampai kapanpun anda tidak akan melepaskan saya.

Sekarang...
Anda mulai menyedot energi dari saya,
dan saya berusaha mencari pegangan yang cukup kuat untuk bertahan.

Ketika saya berusaha keluar,
anda mulai menyekik dan mulai menertawakan saya.

mengapa anda tidak membiarkan saya lepas,
apa anda merasa saya ini ancaman bagi anda?

Selasa, 17 November 2009

ROMBENG

Pendopo kecil teduh dengan meja makan pendek dan empat lempengan bantal alas duduk, Tempat yang biasa di huni Rombeng setelah muak dengan aktivitasnya yang dengan tidak terasa telah membuatnya menjadi manusia aneh.

Rombeng selalu duduk di lempengan bantal yang sama, memandang sepetak halaman yang penuh rumput yang dibiarkan tumbuh liar dan tanaman tak bernama yang seharusnya lagi tidak di sana, di perumahan tengah kota, tapi cukup buat merefleksi diri sejenak dari keriuhan megalopolis.

"Seolah tanpa asal-usul GLOBALISASI muncul pada 1970-an, Tambah besar dan dewasa, diselimuti dengan aura insklusivitas. Para penganutnya dengan mantap menyatakan, melalui prisma mazhab khusus ILMU EKONOMI, bahwa rakyat di seluruh dunia akan menempuh arah baru, yang saling terkait erat dan positif. Misi ini di ubah menjadi kebijakan dan hukum selama 20 tahun - 1980 dan '90an dengan di topang oleh kekuatan keniscayaan".
tedengar samar di telinga Rombeng suara TV yang sedang menghebohkan tentang GLOBALISASI

ia pun langsung berkomentar
"Dan sekarang setelah Tiga dasawarsa, kita dapat menyaksikan hasilnya, sebagian hasilnya berupa kesuksesan yang luar biasa, sebagian lagi kegagalan yang mengusik fikiran dan setumpuk akibat yang sebaiknya disebut borok tak kunjug sembuh, gerutu Rombeng dengan nada yang kesal"

Rombeng menyalakan DVD yang sengaja di letakkan di pendopo agar bisa menikmati lagu2 yang menjadi favoritnya. lagu pertama yang diputar : Belanja Terus Sampai Mati by ERK( efek Rumah Kaca) dilanjutkan dengan lagu AKU by SORE, Harapan bisa tertidur pulas selepas beraktivitas, malah tidak bisa tertidur setelah mendengar lagu yang membuat Rombeng Sedikit "Ter-Tampar".
Berhubungan langsung dengan TEORI EKONOMI Eksperimental yang disajikan sebagai fakta Darwinian, yang berupaya untuk menata ulang Panorama EKONOMI.

Tak ada kiat baru, demikian Rombeng bersabda, Semua siasat akan bermuara pada opsi tunggal manusia untuk bisa bertahan hidup dari mulai Zaman manusia kera sampai zaman manusia bangsat: adaptasi.
saya merasa telah bermetamorfosa menuju format yang tak bisa di ramalkan. Sama halnya dengan Friendster yang telah tergusur oleh Chatting facebook.
"HA...HA...HA... Rombeng menertawakan Ironinya".

Ditengah kerajaan yang sedang di duduki ini, Rombeng ternyata sangat tidak menikmati kehidupan jetset yang seperti sekarang. "saya merasa sangat bosan dengan ini, saya tidak tahu apa yang sedang dijalankan, saya merasa seperti kakek jompo, bahkan seorang pengemis pemalas sekalipun. Tidak ada perjuangan, tidak ada yang harus dilakukan".
Rombeng terdiam dan mengatupkan mata, Frustrasi. seharusnya saya mendapatkan medali karena masih belum meledak (ngamuk) sampai hari ini.
Ditengah celoteh demi celoteh yang keluar dari mulut Rombeng Tiba- tiba terdengar suara dan mengajak Rombeng berbincang.

"Rombeng ! detik ini, aku telah berada 100 Meter di belakang punggungmu, tanpa kamu sadari, aku sudah lama mengamati gerak-gerikmu dengan otak yang terjungkil balik. Sekeras apapun realita hidup yang mereka suguhkan, rasioku tidak sanggup menjangkaunya, alam fikirmu yang tidak masuk akal dan aspek terjangmu yang serba mengejutkan, Cukup merefrensikan dirimu sebagai pribadi yang nyeleneh, yang suka menghina kemapanan. Aku tidak berkehendak memerangi realismu yang mungkin hanya ada di film- film kartun itu, tapi aku sangat berharap agar kamu memberikan kedua tanganmu dan memimpinku berjalan menuju dunia rekaanmu".
"Hey Maut !"
Sangat jelas sekarang apa yang sedang saya jalani, Mungkin orang- orang di luar sana yang masih bingung dengan pilihannya. Aku memang baru menyaksikan pliosen yang ternganga di depan ruangan luas, tapi seperti sudah menjelajah hutan belantara ini. Beribu MIL aku berjalan dan langkah kakiku tidak menjanjikan apa- apa, rasanya itu seperti mimpi buruk. Kamu tahu aku bukanlah gambaran bocah kecil yang tersesat di komunitas mafia hanya untuk memburu sebutir kelereng. Kamu juga tahu , aku bukan lelaki dewasa yang rakus dan selalu berusaha menggenggam dunia di kantong yang sempit. Jika kemudian aku disebut-sebut sebagai seseorang yang hidup di zaman transisi yang serba kebingungan pada posisiku, Aku justru menyebutnya sebagai gambaran tragis yang jelas melampaui batas!.

Maut, tegor rombeng!
"AkU TIDAK TAKUT SAMA SEKALI dengan KAMU, TAPI AKU LEBIH TAKUT DENGAN HARI ESOK"

Jumat, 24 Juli 2009

"??"

"Aku? Aku tidak ada niat mencapai apa pun. Untuk apa?
yang ada padaku sekarang hanyalah ketakutan yang selalu memburu dan keinginan untuk tertidur hingga akhir zaman.

Ha... ha... !!!
Tapi aku tahu tidak mungkin bisa untuk berbuat demikian.
contohnya sekarang, waktu baru berjalan delapan jam dari pukul 6 pagi aku sudah terjaga dan setelah terjaga kembali langsung disuguhi dengan pertanyaan
Apa yang akan aku capai? Apa? dan apa gunanya?
sembari mempersiapkan diri untuk menuju kampus (Tempat Menimba ilmu) teman-temanku sering menyebutnya, termasuk aku.

Seperti hari-hari biasa menunggu Bus kota adalah rutinitas yang bagiku sangat di sesali, menggumpalnya asap dan debu bercampur dengan udara yang sudah tidak bisa di nikmati lagi pada pukul 03.00 WIB, bisingnya suara knalpot RONG-RONG aku sering menyebutnya lantaran suara yang dihasilkan sangat keras, sampai-sampai untuk menangkap pembicaraan yang keluar dari mulut teman saja sulit, dan satu lagi yang tidak pernah bisa aku lupa, terik matahari yang sebenarnya tidak terlalu mengganggu kalau saja pepohonan yang dahulu tumbuh dengan subur di tempat ini telah di tebas habis untuk alasan PEMBANGUNAN...

Selang lima belas menit aku menanti akhirnya datang bus kota yang ugal- ugalan, dengan kaca depan bertuliskan kata yang cukup norak MENCINTAIMU...
fenomena cinta yang dengan deras ditayangkan di media mungkin salah satu dampak dari penulisan kata MENCINTAIMU yang ada di depan kaca depan bus yang akan aku duduki sekarang,
peran media yang sangat membuat aku geram dengan tema yang itu-itu saja, seolah- olah di depan mata kita sudah tidak ada lagi yang perlu di bahas untuk hal layak ramai.

"LANJUT...." teriak sang kondektur setelah memastikan aku sudah benar-benar duduk, setelah duduk dengan mantap aku memerhatikan kondektur, yang aku lihat usianya kira-kira sebaya dengan adik sepupuku yang sekarang masih duduk di SLTP kelas 2, seharusnya di waktu sekarang anak-anak sebayanya sedang asik menikmati berkumpul dengan teman- temannya untuk bermain....

Tidak terasa sudah sepuluh menit aku memperhatikan sang kondektur kecil, setelah puas berfikir betapa tidak acuhnya pemerintah terhadap masalah yang seperti ini, aku sudah berada di depan kampus dengan sigap mengketok atap bus(tanda untuk meminta sopir berhenti).

Sesampai di kampus aku bertemu teman, memang sudah satu semester ini tidak mengikuti perkuliahan, kami pun langsung berbincang seadanya selayaknya teman yang sudah lama tidak bertemu sembari menunggu dosen yang kebetulan pada hari itu aku dan Deja (nama temanku) masuk kelas yang sama, tak lama ada dosen lain memberitahukan kalau dosen yang kami nanti tidak masuk pada hari ini, sontak kami tertawa dan berkata"alasan klasik". Dengan spontan Deja menawarkan untuk berpindah tempat setelah mengetahui dosen yang memang sering tidak masuk karena mengurusi bisnisnya. Siapa yang mau di salahkan toh memang uang sebagai prioritas ketimbang memberi materi untuk mahasiswa yang kita ketahui bersama uangnya tidak seberapa. Ternyata untuk membuat pengajar agar bisa bergairah dalam mengajarpun harus ada timbal balik yang setara(Uang).


Masih berceloteh bersama Deja sembari berjalan menuju tempat yang dianggapnya tempat paling santai di mana kita bisa mengutarakan pendapat secara bebas, kantin. Di sela perjalanan aku dan Deja tidak sengaja menyaksikan salah seorang mahasiswa yang sedang diadili oleh sang dosen dengan cara memberikan hukuman di depan kelas, kembali kami disajikan tontonan betapa sulit ketika aku mulai kembali harus memikirkan kata PENGAJAR-PELAJAR, PENGATUR- DIATUR yang pasti pada akhirnya akan menghasilkan kesenjangan, setelah puas memberi komentar dari kejadian tadi kami berdua sampai di kantin dan bertemu dua orang teman yang masing-masing bernama Anca dengan perawakan kaca mata tebal dan rambut sedikit acak-acakan, dan yang satunya bernama Vero yang perawakannya tidak jauh dengan Anca maklum orang-orang sering memanggil mereka dengan sebutan kutu buku.
Setelah berbincang cukup lama tentag perkuliahan, Anca salah seorang teman dari kami menyuguhi pertanyaan yang bagiku cukup serius ;

"Apa sebenarnya tujuan kalian hidup di jaman yang mereka sekarang anggap dengan MODERN toh yang sebenarnya penuh dengan ketidak puasan?"

Aku berharap mendapatkan nasib yang selalu mujur, jawab Vero dengan nada datar seolah menganggap semuanya wajar, mau menyalahkan siapa memang semua telah di bentuk demikian. Kalau aku ingin pergi mengelilingi dunia agar bisa dengan mudah melupakan semua keluhan di dalam negeriku, sembari menatapku dengan wajah yang penuh pertanyaan.

Kalau kamu Jon dengan nada penasaran Anca menanyaiku dengan pertanyaan tadi...

Aku...!!!
Aku... Bisa membebaskan diri dari segala kejemuan dan gangguan otak itu sudah suatu karunia besar buatku.
tapi lagi - lagi, kita di negeri ini di buat untuk tidak bisa tenang.

Jadi, apa yang bisa kau capai dengan memperjudikan nasib dan umurmu...???
tanya anca dengan nada yang menantang, agar mendapat jawaban yang bisa dia anggap bisa menenangkannya sejenak, untukku? tanyaku lagi...

Kebebasan yang lebih besar dari kebebasanmu. Kebebasan apa maksudmu?
tanya anca dengan sedikit bingung...
Kebebasan dari tindisan, tindisan? lagi dengan sedikit bingung!!!
ya, tindisan yang di paksakan. Tindisan terhadap suatu bangsa atau manusia yang tidak seharusnya ada untuk di tindis, engkau mengerti...???

Rabu, 08 Juli 2009

?

Mengapa di sini harus di bentuk dalam citra yang seperti sekarang, kehendak siapa dan oleh cinta yang seperti apa???????

Mungkin Pertanyaan di atas adalah pertanyaan dasar oleh setiap manusia sekarang, terutama AKU...
tapi tidak terdengar sedikitpun keluhan yang keluar dari mulut mereka,

Apa berarti mereka sudah merasa nyaman dengan keadaan sekarang???

Saya rasa tidak....
Memikirkan realitas yang sebenarnya di bentuk oleh tangan sang PENGUASA
yang tetap duduk santai ketika melihat segelintir orang-orang menangis, merintih, bahkan sampai mati mereka menahan lapar di negeri yang seharusnya pada saat peradaban sekarang tidak perlu lagi memikirkan Asupan gizi yang seimbang untuk kebanyakan anak-anak penderita busung lapar(Gizi Buruk).

WOW...
sungguh TRAGIS...!!!

Di mana mata orang- orang sekitar???
apa terlalu mudah ditutupi dengan lantunan lagu indah, cerita sinetron yang selalu mengangkat kemapanan, kesenangan, dan berakhir dengan kebahagiaan yang aku sendiri tidak tahu konsep bahagia yang seperti apa...

Sudahlah,
aku tidak akan mau kembali ke realitas yang seperti itu, karena mereka hanya memperlihatkan MORAL dan yang lebih tepat aku menyebutnya "MEMPERMAINKAN MORAL".

Baik, mungkin mereka yang sudah menempatkan diri di posisi aman(MAPAN) lebih bisa mempermainkan moral, tapi apakah penting moral bagi orang- orang tertindas / yang ter-marjinal-kan???
Tidak...!!!
apakah mereka memikirkan moral saat mereka sedang sibuk mencari "isi Perut" dan sedikit tambahan gizi untuk sang anak, seorang anak yang menangis saat menahan lapar dan melihat sang ibu sedang "menjual badan"?

TIDAK..... TIDAK.....
Jawabannya TIDAK.
Karena bagiku Moral adalah Urusan personal bagi setiap individu
yang tidak perlu di campuri sedikitpun oleh individu lainnya.

Banyak dari mereka yang aku anggap tersesat, aku pun masih sering kali tersesat.
Tapi kata yang lebih tepat untuk ini, disesatkan...
Di mana orang- orang di sekitar perlahan menjelma, yang dulu manusia, sekarang menjadi manusia robot, di buat sama seakan setiap individu dari mereka tidak memiliki karakter dan tidak memiliki lagi OTAK KIRI(untuk berpikir), Mudah di gerakkan mudah diperbudak dan dengan mudah diarahkan tanpa bisa memilah yang mana yang kita anggap benar.

Ada apa ini...
Apakah mereka memang tidak mengetahui keadaan sebenarnya, atau mereka yang sebenarnya tahu tapi terlalu apatis dengan pembodohan ini???

Semoga tidak demikian.....


Maaf pembaca, mungkin saya lg (Meledak-ledak) hr ni
jd yaaaah
ini lah hasil tulisannya....

Berantakan...

Minggu, 28 Juni 2009

Rendah Hati

MASIH ada yang tahu arti dan makna dari rendah hati? dalam konteks kekinian yang serba kompetitif menjadikan dua kata tersebut kerap terlupakan bahkan nyaris hilang dalam perbendaharaan bahasa kita.

Rendah hati seperti barang yang tidak laku ketika banyak orang terjebak dalam kemacetan lalu lintas. Pengendara mobil pribadi menghardik tidak mau kalah arogan dengan sopir angkutan kota yang berhenti di bahu jalan yang sedang menurunkan atau menunggu penumpang. Pengendara sepeda motor yang kepanasan dan bermuka tebal karena debu dan asap knalpot dengan gesitnya meliuk di sela mobil hingga naik ke trotoar milik pejalan kaki.

Demikian halnya ketika antre di terminal bus misalnya, rendah hati tidak ada dalam kamus istilah ketika pada jam sibuk ratusan orang berdesakan menunggu bus tiba. Semua orang menjadi terpaksa arogan menghalalkan prinsip siapa cepat ia dapat, siapa lambat ia tersingkir!

Seorang calon pembeli menggerutu dan melampiaskan kemarahan dengan mencaci penjaga toko yang dinilainya tidak mau melayani. Sementara penjaga toko itu ternyata digaji rendah dengan kewajiban lembur melayani ratusan orang dengan karakter yang berbeda-beda.

Pertengkaran selalu saja terjadi, antar teman, pacar, bahkan dengan pasangan hidup. Persoalan yang mendasar terungkap hanya disebabkan adanya perbedaan tiap individu. Tinggi hati sehingga dibuat tidak sadar bahwa tiap individu itu berbeda dan memiliki keistimewaan serta keunikan masing-masing. Maunya hanya diri sendiri yang penting, diutamakan, diistimewakan, dan dihormati.

Di lain tempat, orang-orang terlihat berkerumun ramai mengunjungi lalu membeli simbol-simbol prestisius yang dipajang di etalase pusat perbelanjaan. "Namanya juga metropolis, gaya hidup harus menyesuaikan," kata mereka secara sadar mengiyakan tuntutan pola hidupnya yang konsumtif.

Dalam bisnis modern, ibarat penjual obat di kaki lima, dengan high profile kita meyakinkan klien atau pembeli bahwa produk kita lebih baik dari yang lain, tidak peduli bahwa ada kekurangan.

Sama halnya di kancah politik. Betapa para politisi, pengamat, pemimpin, berlomba memperlihatkan arogansi. Pertikaian demi pertikaian dipertontonkan di depan publik merasa dirinya paling benar. Dengan sombongnya memandang orang lain sebagai lawan yang wajib direndahkan.

Saya bergumam sendiri, apakah dengan menulis catatan di atas berarti saya paling tahu arti dan makna rendah hati? apakah dengan menulis catatan di atas berarti saya arogan meluapkan isi hati yang melambung tinggi? Semoga bisa dipahami dan semoga saya salah.

Dalam ranah metro-kompetitif ini, tanpa bermaksud menggurui, saya atau kita hanya berharap kerendahan hati masih tetap dilakoni walau hanya segelintir orang. Atau paling tidak kita yakin, kerendahan hati masih banyak ditemui nun jauh di pelosok negeri ini.

Jumat, 12 Juni 2009

Manusia kerdil


Seuntai lara kulayangkan kepada Manusia kerdil
seorang manusia yang lugu dan tidak tahu tentang dirinya sendiri,
yang ingin mewujudkan cita di ibu kota.

Dia sendiri tidak tahu ibu kota itu seperti apa,
dia hanya tergiur jejak sang teman
yang sudah lebih dahulu pergi ke ibu kota,

Yaaaahhhh,
keistimewaan apa yang di buat
oleh sang penguasa ibu kota untuk membodohi sesosok
manusia kerdil sampai seperti ini???

Mungkin ini lah yang dengan sengaja di ciptakan oleh MEREKA yang
memerlukan sesosok manusia kerdil.

Mereka MEMBUAT seolah-olah di situ lah
Sang manusia kerdil dapat hidup dengan layak
dan mendapatkan semuanya.

kemalangan yang nista.

Manusia kerdil yang sudah lupa tentang diri sendiri
bahkan dia lupa dengan cara menikmati hidup

huuuuuuuuuhhhhhhhhh..............!!!!!!!!!


bagiku semua itu tidak pantas di terima
sesosok manusia kerdil yang mengharapkan sebuah kedamaian, dan kebahagiaan
yang seharusnya dangan mudah di dapatkan di alam yang dia huni sekarang

menghirup udara segar di kala fajar menyingsing,
berkeringat di saat bekerja bersama,
diskusi kecil ketika seusai kerja,
dan pada malam hari mereka saling berinteraksi.....


Ada apa dengan Penghuni BUMI ???

Apakah kita semua telah menjadi kerdil?

Sampai- sampai berfikir hal yang sederhana untuk kita menjalankan Kehidupan
saja kita harus memikirkan secara berlebihan.


hahaha
akhirnya lega
bisa berceloteh ria!!!!!