Selasa, 17 November 2009

ROMBENG

Pendopo kecil teduh dengan meja makan pendek dan empat lempengan bantal alas duduk, Tempat yang biasa di huni Rombeng setelah muak dengan aktivitasnya yang dengan tidak terasa telah membuatnya menjadi manusia aneh.

Rombeng selalu duduk di lempengan bantal yang sama, memandang sepetak halaman yang penuh rumput yang dibiarkan tumbuh liar dan tanaman tak bernama yang seharusnya lagi tidak di sana, di perumahan tengah kota, tapi cukup buat merefleksi diri sejenak dari keriuhan megalopolis.

"Seolah tanpa asal-usul GLOBALISASI muncul pada 1970-an, Tambah besar dan dewasa, diselimuti dengan aura insklusivitas. Para penganutnya dengan mantap menyatakan, melalui prisma mazhab khusus ILMU EKONOMI, bahwa rakyat di seluruh dunia akan menempuh arah baru, yang saling terkait erat dan positif. Misi ini di ubah menjadi kebijakan dan hukum selama 20 tahun - 1980 dan '90an dengan di topang oleh kekuatan keniscayaan".
tedengar samar di telinga Rombeng suara TV yang sedang menghebohkan tentang GLOBALISASI

ia pun langsung berkomentar
"Dan sekarang setelah Tiga dasawarsa, kita dapat menyaksikan hasilnya, sebagian hasilnya berupa kesuksesan yang luar biasa, sebagian lagi kegagalan yang mengusik fikiran dan setumpuk akibat yang sebaiknya disebut borok tak kunjug sembuh, gerutu Rombeng dengan nada yang kesal"

Rombeng menyalakan DVD yang sengaja di letakkan di pendopo agar bisa menikmati lagu2 yang menjadi favoritnya. lagu pertama yang diputar : Belanja Terus Sampai Mati by ERK( efek Rumah Kaca) dilanjutkan dengan lagu AKU by SORE, Harapan bisa tertidur pulas selepas beraktivitas, malah tidak bisa tertidur setelah mendengar lagu yang membuat Rombeng Sedikit "Ter-Tampar".
Berhubungan langsung dengan TEORI EKONOMI Eksperimental yang disajikan sebagai fakta Darwinian, yang berupaya untuk menata ulang Panorama EKONOMI.

Tak ada kiat baru, demikian Rombeng bersabda, Semua siasat akan bermuara pada opsi tunggal manusia untuk bisa bertahan hidup dari mulai Zaman manusia kera sampai zaman manusia bangsat: adaptasi.
saya merasa telah bermetamorfosa menuju format yang tak bisa di ramalkan. Sama halnya dengan Friendster yang telah tergusur oleh Chatting facebook.
"HA...HA...HA... Rombeng menertawakan Ironinya".

Ditengah kerajaan yang sedang di duduki ini, Rombeng ternyata sangat tidak menikmati kehidupan jetset yang seperti sekarang. "saya merasa sangat bosan dengan ini, saya tidak tahu apa yang sedang dijalankan, saya merasa seperti kakek jompo, bahkan seorang pengemis pemalas sekalipun. Tidak ada perjuangan, tidak ada yang harus dilakukan".
Rombeng terdiam dan mengatupkan mata, Frustrasi. seharusnya saya mendapatkan medali karena masih belum meledak (ngamuk) sampai hari ini.
Ditengah celoteh demi celoteh yang keluar dari mulut Rombeng Tiba- tiba terdengar suara dan mengajak Rombeng berbincang.

"Rombeng ! detik ini, aku telah berada 100 Meter di belakang punggungmu, tanpa kamu sadari, aku sudah lama mengamati gerak-gerikmu dengan otak yang terjungkil balik. Sekeras apapun realita hidup yang mereka suguhkan, rasioku tidak sanggup menjangkaunya, alam fikirmu yang tidak masuk akal dan aspek terjangmu yang serba mengejutkan, Cukup merefrensikan dirimu sebagai pribadi yang nyeleneh, yang suka menghina kemapanan. Aku tidak berkehendak memerangi realismu yang mungkin hanya ada di film- film kartun itu, tapi aku sangat berharap agar kamu memberikan kedua tanganmu dan memimpinku berjalan menuju dunia rekaanmu".
"Hey Maut !"
Sangat jelas sekarang apa yang sedang saya jalani, Mungkin orang- orang di luar sana yang masih bingung dengan pilihannya. Aku memang baru menyaksikan pliosen yang ternganga di depan ruangan luas, tapi seperti sudah menjelajah hutan belantara ini. Beribu MIL aku berjalan dan langkah kakiku tidak menjanjikan apa- apa, rasanya itu seperti mimpi buruk. Kamu tahu aku bukanlah gambaran bocah kecil yang tersesat di komunitas mafia hanya untuk memburu sebutir kelereng. Kamu juga tahu , aku bukan lelaki dewasa yang rakus dan selalu berusaha menggenggam dunia di kantong yang sempit. Jika kemudian aku disebut-sebut sebagai seseorang yang hidup di zaman transisi yang serba kebingungan pada posisiku, Aku justru menyebutnya sebagai gambaran tragis yang jelas melampaui batas!.

Maut, tegor rombeng!
"AkU TIDAK TAKUT SAMA SEKALI dengan KAMU, TAPI AKU LEBIH TAKUT DENGAN HARI ESOK"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar